Kenapa pencabutan subsidi BBM yang diambil, karena itulah langkah yang paling gampang. Dengan intonasi yang sedih, seolah-olah suatu keterpaksaan, pemerintah mengatakan ini adalah solusi terakhir, lalu kemanakah solusi pertama, kedua dan seterusnya …. ???
Kenapa subsidi BBM yang dampak terburuknya akan langsung dirasakan oleh rakyat miskin yang ditarik, kenapa bukan subsidi bank rekapitalisasi, padahal menurut Mantan Menko Ekuin Rizal Ramli, penghematan APBN dari pencabutan subsidi BBM jauh lebih kecil jika dibandingkan penghematan jika pemerintah mencabut subsidi terhadap bank rekapitalisasi yang sampai sekarang masih disubsidi oleh APBN (bukan pemerintah dong yang subsidi, itu kan uangnya rakyat). Mungkin inilah jawaban yang tepat “INI ADALAH SOLUSI CERDAS PEMERINTAH MALAS”
Persoalan kita sebenarnya sangat sederhana, karena produksi minyak pada pemerintahan Presiden SBY anjlok sampai 300rb barrel. Sementara kita import sampai 300rb barrel melalui mafia di Singapura, dimana para mafia tersebut mengambil untung sampai 2 dollar/barel atau Rp. 6 Milyar sehari. Kenapa Presiden nggak berani sama mafia tapi berani sama rakyat.
Sebenarnya kalau saja pemerintah mau berfikir dan sedikit berkerja keras, ada berbagai alternatif cara untuk mengatasi persoalan pelik ini tanpa menaikan harga BBM. Antara lain:
- Pemerintah harus mengurangi subsidi untuk bank rekapitalisasi sebesar Rp.30 Trilyun. Karena bunga bank rekap hanya dinikmati oleh orang-orang yang super kaya.
- Benahi inefisiensi di PLN dan Pertamina, karena biaya produksi Pertamina sangat mahal dan banyak mafianya.
- Kita menaikan produksi minyak dengan cara membubarkan BP Migas.
- Harus ada visi ke depan, dan tidak bisa hanya memakai visi ala mahasiswa kos-kosan. Pemerintah sekarang persis mahasiswa kos-kosan yaitu selalu utang, privatisasi BUMN dan menaikan BBM.
- Negosiasi utang luar negeri seperti pemerintahan Argentina.